Dasar Musik Arab
Harmoni Musik Arab
Sifat Musik Arab adalah monofonik, artinya tidak berdasarkan susunan kontrapun atau harmoni seperti Musik Barat. Sedangkan tangga nada yang dipakai adalah yang disebut maqam (jamak: maqamat), yaitu susunan nada-nada yang tidak ditala sempuna (well tempered) seperti halnya musik barat. Sifat dari monofonik ini terlihat pada musik qasidah yang berupa nyanyian tunggal iringan rabana, jadi melodi hanya dengan iringan pukulan irama.
Seperti diketahui juga, bahwa susunan maqam juga mengenal 1/4 nada yang tidak dipunyai tangga nada barat (hanya 1/2 nada). Contoh adzan memiliki liku-liku melodi yang rumit. Sehingga bisakah maqam ditulis dalam notasi barat? Jawabnya: tidak bisa.
Dengan demikian, Musik Arab tidak ada susunan harmoninya. Sususnan melodi arab adalah unisono, yaitu melodi diimitasi dengan suara gambus secara unisono.
Harmoni Barat untuk Tangga Nada Minor
Biasanya Melodi Arab dipresentasikan sebagai Tangga Nada Minor dalam sistem Tangga Nada Musik Barat, sehingga juga mengikuti kontrapun atau harmoni Musik Barat. Dan ini yang dipakai dalam Musik Arab Modern.
Orkestrasi Musik Arab
Oleh sebab itu dalam susunan orkes simfoni, maka permainan cello biasanya secara unisono, bukan kontrapuntis, sedangkan bass bermain secara nada dasar menurut teori musik barat. Dan uniknya, permainan gambus memberi warna saja dan bukan kontrapuntis.
Sejarah
Masa Pra-Islam
Musik Al Arabia berakar dari pembacaan puisi pada Masa Pra Islam yang disebut sebagai
Masa Jahiliyah. Informasi mengenai hal ini sangat sedikit, namun dipercaya pada masa Abad V hingga VII. Pembacaan puisi pada masa itu disebut
shu`ara' al-Jahiliyah (شعراء الجاهلية) atau "Puisi Jahiliah", yang merupakan pembacaan puisi dengan suara tinggi dan irama tertentu.
[1]
Musik pada waktu itu mempunyai peranan penting dalam
Mistik,
Sihir, dan
Jin (mahluk halus). Alat musik seperti
Rebana,
Gambus, dan
Rebab. Ciptaan musik pada waktu itu adalah sangat sederhana, yaitu
membaca tangga nada Arab yang disebut
Maqam.
Permulaan Sebelum Masa Islam
Maqam Al Arabia atau melodi pada tangga nada (moda) yang dipakai dalam Musik Al Arbia Tradisional, ini adalah melodi yang dikembangkan pada sebagai frase, modulasi atau improvisasi.
Al-Kindi (801–873) adalah salah seorang ahli Musik Al Arabia. Sedangkan Abu al-Faraj al-Isfahani (897–967) menulis Kitab al-Aghani sebagai encyclopedia kumpulan puisi dan lagu yang terdiri atas 20 jilid. Al-Farabi (872-950) menulis tentang Musik Islamiah dengan judul Kitab al-Musiqi al-Kabir (Buku Besar Musik). Hingga kini sistem melodi Al Arabia ciptaannya masih dipakai. Al-Ghazali (1059–1111) menulis tentang asas-asas Musik Persia.
Masa Awal Islam
Arabic maqam adalah
moda(musik) yang dipakai dalam Musik Arab tradisional. Kata
maqam berarti jenis melodi yang disusun pada tangga nada Arab.
Al Andalusia
Bangsa Moor dari Arab pernah menjajah Spanyol dan Portugis pada tahun 711 – 1492. Sehingga budaya Spanyol dan Portugis pada waktu itu dipengaruhi oleh budaya Arab. Budaya ini disebut dengan Moresco, yaitu pengaruh budaya orang Arab dari Suku Moor. Peninggalan ini lebih dikenal dengan nama Budaya Al Andalusia. Di Andalusia Spanyol pada Abad XI merupakan pusat pembuatan alat musik Arab.
Pengaruh Musik Arab Terhadap Musik Dunia
Diperkirakan, bahwa berbagai alat musik klasik yang ada di Eropa berasal dari Arab. Misalnya
Lute berasal dari
Gambus,
Biola dari
Rebab,
Gitar dari
Qitara, dsb.
Musik troubador di Perancis mempunyai kesamaan dengan yang ada di Arab.
Misal lain, do, re, mi, fa, sol, la, si juga ada kesamaan dengan sistem Arab: Durr-i-Mufassal - dal, ra, mim, fa, sad, lam.
Abad XVI
Bartol Gyurgieuvits (1506 - 1566) telah menjalani 13 tahun sebagai budak pada Penguasa Ottoman. Setelah ia berhasil melarikan diri, ia menerbitkan buku De Turvarum ritu et caermoniis di Amsterdam tahun 1544. Ini adalah sebuah buku di Eropa yang menjelaskan tentang musik dalam kehidupan masyarakat Islam. Di India, Kerajaan Mughal menerapkan masyarakat Islam dan Hindu.
Harem Wanita
Dahulu perbudakan meluas ke seluruh dunia. Pada masa
Kerajaan Romawi perbudakan telah berlangsung dari budak Afrika ke Pasar Wilayah Arab. Budak kulit hitam dari
Zanzibar teramsuk yang terbaik dalam hal kualitas bernyanyi dan tarian.
Dalam buku
Epistle on Singing Girls yang ditulis oleh
Mu'tazilite dalam
Al-Jahiz pada Abad IX mengatakan bahwa para budak penyanyi dapat menghasilkan uang berlimpah. Penulis mengatakan bahwa
Budak Wanita Abyssinian dalam lelang berharga 120,000 dinar lebih daripada budak biasa. Suatu Festival Abad VIII menyebutkan ada 50 budak-wanita bernyanyi dengan
Gambus sebagai latar dari Penyanyi Jamilia. Tahun 1893, kelompok
Little Egypt dari
Suriah membuat sensasi pada
Pasar Malam di Chicago (Amerika Serikat).
Pemain Musik Wanita
Musisi di Aleppo (kota kedua setelah Damaskus, Suriah), Abad XVIII, Musisi Pria memainkan Rebana, Gambus, Suling, dan Penyanyi
Pemain musik wanita. Mereka umumnya memainkan alat musik
Gambus,
kanun (
zither, dan
ney (
suling). Pada tahun 1800, berbagai alat musik militer Turki telah masuk sebagai alat musik orkes di Eropa
piccolo,
cymbal, dan
tambur.
Pemain musik wanita hingga 9 SM tidak ada. Mereka umumnya sebagai pasangan dalam Catur, pembacaan puisi cinta, dalam minum anggur. Setelah serangan di Mesir, Napoleon melaporkan tentang Kebudayaan Penguasa Ottoman. Villoteau mengungkapkan bahwa tabu kalau pria menyanyi di hadapan pendengar wanita, sehingga harus penyanyi wanita juga.
Sejak dahulu biasanya musik Arab diajarkan secara turun temurun, namun setelah tahun 1800 baru ada notasi musik Arab.
Abad XX
Awal Formasi Sekuler
Musisi di
Aleppo (kota kedua setelah Damaskus, Suriah), 1915.
Pada Abad XX, Mesir adalah negara pertama yang memiliki perkembangan kemerdekaan, setelah lebih dari 2000 tahun di bawah penjajahan negara lain.
Musik Turki, terkenal selama
Kerajaan Ottoman, kemudian diganti dengan musik nasional.
Kairo menjadi pusat perkembangan musik baru.
Salah seorang penyanyi wanita yang sekuler adalah
Umm Kulthum, kemudian diikuti oleh penyanyi Lebanon bernama
Fairuz. Keduanya menjadi terkenal selama Abad XX dan merupakan penyanyi legendaris dari Musik Arab.
Pengaruh Musik Barat
Sekitar tahun 1950 hingga 1970, Musik Arab mulai nuansa barat seperti halnya dengan Abdel Halim Hafez. Setelah tahun 1970 beberapa penyanyi merupakan perintis Musik Pop Al Arabia, umumnya dengan gaya barat namun dengan alat musik dan syair arab. Sehingga terjadi campuran antara Barat dan Timur.
Setelah tahun 1990 muncul beberapa artis dengan gaya campuran Barat dan Timur seperti Amr Diab, Najwa Karam, Samira Said, Hisham Abbas, Angham, Asalah Nasri, Kadhem Al Saher, Mostafa Amar, Nawal Al Zoghbi, Ehab Tawfik, Mohamed Fouad, Diana Haddad, Mohamed Mounir, Elissa, Latifa, Cheb Khaled, George Wassouf, Hakim. Mungkin nama-nama ini masih asing bagi kita.
Tahun 1996, Amr Diab - dengan lagu Habibi ya Nour El Ain, merupakan sukses besar di Timur Tengah bahkan di dunia bagi orang arab.
Franco Al Arabia
Bentuk Musik Barat bertemu Musik Timur, adalah sama dengan Musik Pop Al Arabia. Ini merupakan campuran antara musik barat dengan musik timur yang dikenal dengan istilah
Musik Pop Al Arabia seperti yang dinyanyikan oleh
Dalida dari
Mesir,
Sammy Clarke dari
Lebanon,
Aldo dari
Australia. Meskipun
Pranco Al Arabia adalah istilah untuk musik campuran Musik Barat dan Musik Timur Tengah, namun ini sebenarnya suatu genre Musik Al Arabia dengan Italia, Musik Al Arabia dengan Perancis, tentu saja termasuk Musik Al Arabia dengan gaya dan syair berbahasa Ingris/Amerika.
R&B, reggae, dan hip hop Al Arabia
Musik Al Arabia juga mengalami perkembangan
R&B,
Reggae and
Hip Hop pada waktu akhir-akhir ini. Pada umumnya dalam bentuk
rapper dengan gaya musik tradisional
Musik Pop Al Arabia seperti penyanyi
Ishtar dalam
Habibi Sawah;. Juga penyanyi
Maroko bernama
Elam Jay terhadap musik genre
Gnawa yang bercampur dengan
R&B dalam judul
Gna witone Styla. Variasi lain adalah
Musik Gnawa dimainkan dengan gaya
Musik Maroko yang diperkenalkan oleh
Darga. Juga Gaya
Casablanca, mengolah campuran
Musik Gnawa dengan
Reggae. Seperti diketahui bahwa artis
Reggae seperti
TootArd dinyanyikan pada waktu
Suriah menduduki
Dataran Tinggi Golan dan
Walaa Sbeit dari
Israel. Pada
Revolusi Tunisia, lagu
Revolusi Hijau yang dinyanyikan oleh artis Palestina adalah yang sangat terkenal oleh
Mahmoud Jrere )kelompok rap.
Shadia Mansour penyanyi Palestina keturunan Inggris, dikenal sebagai Penyanyi Rap Hip Hop Al Arabia. Umumnya masalah tentang Palestina.
Sedangkan Darine dangan gaya R&B dan pukulan irama reggae. Hal ini membuat kritikan dan reaksi kemersial.ada juga untuk Mohammed Assaf, besar penyanyi Pop Palestinienne
Elektronika Al Arabia
Musik Dansa Elektronika adalah genre lain yang menjadi poluler, yang dipengaruhi oleh Musik Amerika Serikat, Musik Eropa, Musik Australia, maupun Musik Barat lainnya. Terkadang lagu genre Musik Elektronika Al Arabia mengabungkan alat musik elektronik dengan alat musik tradisional Timur Tengah. Artis seperti Richii dalam lagu Ana Lubnaneyoun. Perkembangan Musik Elektronika Al Arabia sangat dekat dengan kehidupan Klab Malam.
Jazz Al Arabia
Jazz yang melanda dunia, juga masuk di Timur Tengah, dan muncul istilah Jazz Al Arabia. Awalnya alat musik Saxophon diperkenalkan oleh musisi Samir Suroor, tentunya dengan gaya oriental. Permainan Saxophone ini terlihat pada lagu-lagu Abdel Halim Hafez, dan juga pada Kadim Al Sahir dan Rida Al Abdallah. Hal ini terlihat jelas pada Rahbani Bersaudara. Juga pada Fairuz yang diciptakan oleh anaknya bernama Ziad Rahbani, yang juga sebagai perintis jazz oriental, terlhat dalam penampilan Rima Khcheich, Salma El Mosfi, Latifa. Banyak karya musisi Mohamed Mounir yang keluar pada tahun 1977.
Jazz Al Arabia juga berpengaruh pada musik jazz pada Avad XX, yaitu:
- Gaya Moda dari Anouar Brahem dan Rabih Abou Khalil
- Gabungan suara elektronika dari Dhafer Youssef
- Gaya pop jazz dari Titi Robin dan Toufic Farroukh
- Gaya akustik muda dari Hamdi Makhlouf, Amine dan Hamza M'raihi, dan Jasser Haj Youssef
Musik Rock Al Arabia
Tahun 1950 Musik Rock melanda dunia, termasuk pada Musik Al Arabia. Hal ini terlihat pada kelomok Musik Rock Al Arabia yang mencamplurkan dengan Musik Heavy Metal, Musik Alternatif Rock, berdasarkan nuansa Al Arabia.
Musik Rock Al Arabia menjadi perhatian kelompok musik di Timur Tengah seperti
JadaL dan
Akher Zapheer dari
Jordania,
Mashrou' Leila dan
Meen dari
Lebanon,
Massar Egbari,
Sahara rock band,
Wyvern dan
Cartoon Killerz dari
Mesir,
Khalas dan
Chaos band dari
Palestine dan
Acrassicauda dari
Irak. Band
Hoba Hoba Spirit dari
Maroko juga terkenal di wilayah
Maghrebi. Sedangkan
Rachid Taha dari
Aljazaiusr memainkan campuran
Musik Rock dan
Musik Rai.
Alat Musik Arab Tradisional
Gambus (Gitar Arab)
Gambus adalah sebangsa gitar yang dipakai di Musik Arab, memiliki 6 jenis dawai rangkap, dawai yang dipakai adalah usus kambing atau nylon, biasanya setiap dawai rangkap sehingga ada 12 dawai semuanya, tidak ada fret (jadi seperti biola, papan polos, nada ditentukan dengan posisi jari seperti main biola), sedangkan plektrum disebuta dalam bahasa Arab sebagai risha (artinya bulu). Sekarang dawai dibuat dari nylon yang dibungkus kuningan atau tembaga) seperti dawai gitar.
Gambus memiliki suara rendah yang unik. Gambus
Arab berbeda dengan yang ada di
Turki,
Armenia, atau
Yunani. Di Turki terdapat berbagai tala, dan berbeda dengan yang ada di Arab. Nama
lute di Eropa adalah berasal dari Arab, yaitu
al oud.
Qanun (Kecapi Arab)
Qanum adalah alat musik dawai seperti kecapi atau zither yang berasal dari Harpa Mesir, dan dimainkan sejak Abad X, kemudian dibawa ke Eropa pada Abad XII. Arti Qanun sebenarnya adalah Hukum.
Bentuk Qanun adalah seperti trapesium dengan papan suara yang datar untuk 81 dawai, di mana dibagi 3 kelompok akord. Cara memainkan adalah dengan meletakkan diatas pangkuan atau meja, dibunyikan dengan petikan jari di mana terdapat 4 plektrum dipasang pada ujung 4 jari (bukan jempol) setiap tangan, dawai ditumpu oleh penunjang (brigde) pada kulit domba atau ikan yang menutupi sebagian qanun yang segi empat (jadi suara dibuat dengan resonansi kulit domba/ikan tersebut). Pemain juga akan membuat Maqam baru dengan tangannya, termasuk untuk modulasi.
Pemain maestro qanun adalah: Muhammad El 'Aqqad (
Mesir), Abraham Salman (
Iraq).
Nay (Serunai Arab)
Nay (bahasa Parsi berarti reed atau yang dipakai untu Clarinet), atau kalau di Sumatera disebut Serunai. Alat ini memiliki 9 sambungan, dengan 6 lubang (seperti pada suling bambu) dan 1 lubang dibawah untuk jempol (seperti pada rekorder). Berbagai panjang untuk setiap tala nada. Cara meniup seperti suling, untuk nada tinggi dengan tiupan lebih. Meskipun kelihatan sangat sederhana, namun cukup sulit, terutama kalau mau mendapat suara khusus harus berpengalaman.
Maetro nay adalah: Bassam Saba (
Lebanon).
Rebana (Tamborin Arab)
Rebana yang dikenal di sini adalah berasal dari
Arab, terutama dipakai untuk
Qasidah, Musik Melayu, maupun
Dangdut, yang juga kita kenal dengan bama
tambourine (di Arab disebut
sagaat. Ukuran bervariasi, kalau dalam musik
Dangdut disebut
kendang dengan kulit lembu, dan suling dari bambu, namun di Arab biasanya memakai kulit domba (banyak di sana) atau kulit ikan. Ukurannya biasanya dengan diameter 20 cm dan tinggi 8 cm, diberi krincingan tembaga sebanyak 5 pasang.
Karena kulit domba atau ikan sangat sensitif terhadap kelembaban udara, maka sebelum main mereka sering memanaskan di atas api lebih dahulu. Oleh sebab itu mereka sering membawa cadangan. Sejak tahun 1980, sudah ada yang modern, dibuat dari aluminium atau palstik, kemudian kulitnya diganti dengan plastik juga (tentunya hal ini untuk menjaga kestabilan terhadap kelembaban udara). Malah ada rebana yang dapat ditala seperti halnya timpani.
Maestro rabana adalah: Mohamed El 'Arabi (
Mesir), 'Adel Shams Eddine (
Mesir), Hossam Ramzi (
Mesir).
Buzuq (Mandolin Arab)
Kata
buzuq berasal dari
Turki, pada masa prajurit
Ottoman, yang berarti
kepala terbakar. Awalnya alat musik ini dibuat dari sepotong kayu tunggal yang dipotong dan digerus, namun sekarang sudah berupa beberapa lapis kayu untuk membentukny, dan juga putaran dawai sudah dengan mekanik seperti gitar.
Alat musik ini mempunyai papan jari yang panjang dan dawai logam, dimainkan dengan petikan plektrum tanduk, sekarang dari palstik. Dawai logam memberi suara yang nyaring, baiasnya dimainkan secara tunggal dan tidak dalam kelompok pemusik Arab (band), dan biasa dijumpai di
Suriah,
Lebanon,
Palestina, dan
Yordania, terutma dalam hubungan dengan Musik
Gypsy.